9 Cara Menghitung Gaji Freelancer Agar Perusahaan Tidak Boncos
Selain mengelola gaji karyawan, menghitung gaji freelancer mungkin akan menjadi tantangan kedua bagi HRD dan manajemen di perusahaan.
Hal ini karena penggunaan jasa freelance sering kali solusi praktis untuk proyek-proyek sementara atau pekerjaan dengan kebutuhan khusus.
Sehingga akhirnya, memastikan bahwa pembayaran yang dilakukan tetap adil dan sesuai dengan anggaran perusahaan.
Pada artikel ini, kita akan melihat beberapa faktor penting dalam perhitungan gaji seorang freelancer yang tidak akan mengganggu penghasilan perusahaan.
Ingin tau informasi lengkapnya? Simak penjelasannya dibawah ini!
Cara Menghitung Gaji Freelancer yang Tepat
Dalam kerjasama freelance, aspek penting yang mungkin harus diperhatikan perusahaan adalah jumlah gaji yang bisa ditawarkan pada freelancer tersebut.
Perusahaan harus memastikan bahwa pembayaran gaji pada freelancer sepadan dengan hasil kerja yang mereka berikan.
Memberikan gaji yang terlalu sedikit mungkin akan memberatkan pihak freelancernya untuk berkerjasama.
Sebaliknya, memberikan gaji terlalu besar juga akan menyebabkan perusahaan boncos di dana mereka.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan beberapa cara berikut ini untuk menentukan jumlah gaji yang tepat untuk para freelancer mereka!
1. Pahami Lingkup Pekerjaan Freelancer
Sebelum menentukan gaji, pastikan bahwa perusahaan memiliki gambaran jelas mengenai lingkup pekerjaan yang akan dilakukan oleh freelancer.
Apakah pekerjaannya bersifat teknis, strategis, atau administratif? Perusahaan harus menentukan keakuratan sistem kerja mereka dengan baik.
Misalnya untuk sebuah proyek desain grafis, tentukan apakah freelancer hanya perlu membuat satu desain tanpa revisi, atau mereka harus mencapai final revisi.
Semakin jelas lingkup pekerjaan yang diminta, maka akan semakin mudah untuk mengestimasi waktu kerja dan biaya yang perlu dikeluarkan.
2. Teliti Standar Industri
Selain menentukan arah pekerjaan, perusahaan juga harus melakukan riset tentang standar pembayaran di industri terkait jasa freelance yang ingin mereka terima.
Dalam proses ini, HRD bisa memanfaatkan platform kerja seperti Jobstreet, Glints, atau LinkedIn untuk memahami tarif rata-rata di pasar.
Selain itu,cobalah untuk mencari informasi dari komunitas profesional atau forum freelancer serupa untuk memastikan gaji yang ditawarkan sudah realistis.
Dengan memahami standar industri ini, HRD tidak hanya dapat menghindari overbudget, tetapi juga menarik freelancer berkualitas dengan penawaran yang kompetitif.
3. Gunakan Perhitungan Per Jam
Salah satu cara paling umum dalam menghitung gaji freelancer adalah dengan bentuk perhitungan kerja per jam.
Freelancer biasanya akan menetapkan tarif per jam berdasarkan tingkat keahlian dan pengalaman mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Untuk memastikan proses perhitungan initransparansi, HRD bisa memanfaatkan aplikasi mencatat waktu kerja agar bisa menghitung gaji mereka secara real-time.
Dengan cara ini, perusahaan bisa dengan mudah menghindari ketidaksesuaian waktu kerja yang berpotensi memicu konflik dengan pihak freelancernya.
4. Pertimbangkan Perhitungan Per Proyek
Jika pekerjaan freelance memiliki output yang jelas, seperti desain logo atau laporan kinerja tertentu. Maka perusahaan bisa menawarkan pembayaran berdasarkan proyek yang berjalan.
Pendekatan ini sering kali lebih sederhana dibandingkan pembayaran per jam, karena HRD hanya perlu fokus pada hasil akhir dari proyek yang diberikan.
Namun, pastikan perhitungan ini sudah mencakup semua aspek pekerjaan seperti waktu pengerjaan, alat yang digunakan, hingga kemungkinan revisi yang terjadi.
Selain itu, sepakati jumlah revisi yang termasuk dalam pembayaran agar freelancer dan perusahaan memiliki ekspektasi yang jelas.
5. Hitung Berdasarkan Tingkat Keahlian
Freelancer pemula, sering kali akan menawarkan harga lebih rendah dibandingkan yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Namun, pekerjaan yang kompleks sebaiknya diserahkan kepada tenaga berpengalaman, meskipun biayanya lebih tinggi.
Hal ini karena para freelancer yang berpengalaman akan memberikan jaminan perbaikan resiko yang lebih baik dari pada freelancer baru.
Sebagai contoh, seorang programmer junior mungkin cocok untuk pekerjaan kecil seperti debugging. Namun untuk pengembangan aplikasi besar, perusahaan pasti memerlukan orang yang lebih profesional.
Maka dari itu, HRD harus selalu meninjau portofolio atau ulasan klien sebelumnya, untuk memastikan kualitas kerja dari seorang freelancer.
6. Sesuaikan dengan Anggaran Perusahaan
HRD dan manajemen perusahaan juga harus memastikan bahwa gaji freelancer tetap dalam batas anggaran perusahaan.
HRD harus menetapkan terlebih dahulu batas anggaran untuk proyek tertentu, dan alokasikan persentase yang realistis untuk membayar tenaga freelance.
Jika anggaran perusahaan terbatas, maka HRD bisa memprioritaskan pekerjaan inti untuk dikerja oleh para freelancer.
Sementara pekerjaan pendukung lainnya, bisa dilakukan oleh para tim internal jika memungkinkan.
7. Perhatikan Lokasi Freelancer
Freelancer yang berbasis di kota besar atau negara dengan biaya hidup tinggi cenderung menetapkan tarif lebih tinggi dibandingkan mereka yang berada di daerah dengan biaya hidup lebih rendah.
Sebagai contoh, freelancer dari Amerika Serikat biasanya memiliki tarif lebih tinggi dibandingkan freelancer dari Asia Tenggara.
Dengan menyesuaikan penawaran berdasarkan lokasi, perusahaan dapat mengoptimalkan anggaran tanpa mengurangi kualitas pekerjaan.
8. Masukkan Biaya Tambahan dalam Perhitungan
Selain gaji pokok, ada biaya tambahan yang perlu dipertimbangkan perusahaan ketika ingin merekrut freelancer untuk berkerja.
Perusahaan juga harus menghitung pengeluaran pajak, biaya transfer internasional jika freelancer berada di luar negeri, atau bahkan biaya langganan software yang digunakan dalam proyek tersebut.
Semua elemen ini harus dihitung sejak awal agar tidak ada biaya tak terduga yang muncul di tengah jalan.
Agar proses kerjasama berjalan lancar, penting untuk mendiskusikan apakah biaya-biaya tersebut akan ditanggung oleh perusahaan atau dibebankan kepada freelancer.
9. Tawarkan Insentif untuk Pekerjaan Berkualitas
Salah satu cara menjaga hubungan baik dengan freelancer adalah dengan memberikan insentif jika hasil kerja melebihi ekspektasi.
Misalnya sepeti bonus untuk penyelesaian lebih cepat, hasil yang sangat memuaskan, atau bahkan kontribusi tambahan di luar lingkup pekerjaan.
Insentif seperti ini tidak hanya membantu menjaga motivasi freelancer, tetapi juga meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Dalam jangka panjang, tindakan ini bisa menjadi investasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak yang berkerjasama.
Post Comment